BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Paru-paru adalah organ
yang terletak di bawah tulang rusuk di dalam dada yang terdiri dari banyak kantung kecil berisi udara yang disebut alveoli.
Fungsi utama dari paru-paru adalah membawa oksigen masuk ke dalam darah dan
karbondioksida keluar dari darah. Pertukaran oksigen dan karbon ini terjadi
dalam alveoli. Tulang Rusuk membantu melindungi paru-paru ketika
paru mengembang dan mengempis saat bernapas.
Luka orthopedic merupakan hal
yang sering terjadi, terutama pada kecelakaan lalu lintas ataupun kecelakaan
kerja. Secara umum, luka dapat dibagi menjadi 2, yaitu: luka yang disebabkan
karena trauma tumpul dan luka yang disebabkan oleh trauma tembus.Trauma thoraks
mencakup 10% kasus trauma dan dapat berhubungan dengan luka pada organ-organ yang
lain. Angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%, sedangkan kematian akibat trauma toraks
merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat kasus trauma.
Hemotorax
adalah perdarahan ke dalam rongga dada antara paru dan dinding dada internal (rongga pleura). Hemotorax dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemotoraks juga mungkin berhubungan dengan paru-paru
kolaps (pneumotoraks). Pada pasien hemotorax, dapat terjadi
penurunan kesadaran yang disebabkan oleh terganggunya fungsi
pernapasan dan selanjutnya juga dapat disebabkan karena disfungsi cardiak.
Hemothorax adalah masalah yang relatif umum ,
paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding
dada . Hemothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum
dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab . Identifikasi dan pengobatan
traumatik hemothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang
terluka . Dalam kasus hemothorax tidak berhubungan dengan trauma
, penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus
dilakukan ketika perawatan terjadi .
Hemothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura .
Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit
setidaknya 50 % diperlukan untuk mendefinisikan hemothorax
( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju
pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hemothorax
tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari
sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secaraspontan .Pentingnya
evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama
,menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan
harapan bahwa dengan adanya tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan. Jika efek yang diinginkan
tercapai ,menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk
evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa .Mengukur frekuansi
hemothorax dalam populasi umum sulit . Hemothorax yang sangat kecil dapat
dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau
tidak memerlukan pengobatan . Karena sebagian besar terkait dengan
hematothorax trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat
dikumpulkan dari trauma statistik .
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Hemothorax?
2.
Apa saja penyebab Hemothorax?
3.
Apa
tanda dan gejala dari penyakit Hemothorax?
4.
Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Hemothorax?
C.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.
Agar mahasiswa dan
masyarakat dapat mengetahui apa yang dimaksud
dengan Hemothorax.
2.
Agar mahasiswa dan
masyarakat dapat mengetahui dan menghindari penyebab
munculnya
penyakit Hemothorax.
3.
Agar mahasiswa dan
masyarakat dapat mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Hemothorax.
4.
Mahasiswa
dan Masyarakat dapat mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Hemothorax.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hemothorax
adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding
dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah
trauma dada. Trauma misalnya :
·
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar,
atau dinding dada
·
Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan
lecet hemothorax oleh pembuluh internal.
·
Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi
baru lahir atau purpura Henoch-Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks.
Adenomatoid malformasi kongenital kistik: malformasi ini kadang-kadang
mengalami komplikasi, seperti hemothorax.
B.
PEMBAGIAN
HEMOTHORAK
·
Hemothorak Kecil : yang tampak
sebagian bayangan kurang dari 15 % pada fotorontgen, perkusi pekak sampai iga
IX.2.
·
Hemothorak Sedang : 15-35 % tertutup
bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI.
·
Hemothorak Besar : lebih 35 % pada
foto rontgen, perkusi pekak sampaicranial, iga IV.
C.
ETIOLOGI
Adapun
penyebab dari penyakit Hemothorax, adalah sebagai berikut:
1.
Traumatik
àBiasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada
dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam
atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke
dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
2.
Non
Traumatik
àterdiri dari:
·
Neoplasma
·
Gangguan pembekuan darah
·
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
·
Kanker paru-paru atau pleura
·
Penempatan dari kateter vena sentral
·
Operasi jantung
·
Infeksi: Tuberkulosis
·
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc
dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah
sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan
cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.
D.
MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala
yang tampak pada pasien dengan gangguan Hemathorax, yaitu:
·
Tachypne
·
Dyspnea
·
Cyanosis
·
Tachycardia
·
Hipotensi
·
Anemia
·
Nyeri di dada
·
Kelelahan
·
Gelisah dan
cemas
·
Gerak dan pengembangan
rongga dada tidak sama (paradoxical)
·
Penurunan suara napas atau
menghilang pada sisi yang terkena
·
Dullness pada perkusi
·
Adanya krepitasi saat palpasi
·
Berkeringat
E.
PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan
paru-paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam
seperti pisau atau peluru menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya
membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya
darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume
darah seseorang.
Perdarahan
jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps
terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan perifer pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar
Hb dalam darah menurun, anemia, syok
hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis, tachikardia.
F. DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX
a. Perdarahan
derajat I (kehilangan darah 0-15%)
·
Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi
minimal.
·
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah,
tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan.
·
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik
sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%
b. Perdarahan
derajat II (kehilangan darah 15-30%)
Gejala klinisnya:
·
takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
·
takipnea,
·
penurunan tekanan nadi,
·
kulit teraba dingin,
·
perlambatan pengisian kapiler, dan
·
anxietas ringan
c. Perdarahan
derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Gejalanya:
·
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi,
penurunan tekanan darah sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang
signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.
·
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan
cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan
penurunan tekanan darah sistolik.
·
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi
darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada
respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan
derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa:
·
takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
·
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik
tidak terukur),
·
berkurangnya
(tidak ada) urine yang keluar,
·
penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan
·
kulit dingin dan pucat.
G.
KOMPLIKASI HEMOTHORAX
·
Kehilangan darah
·
Kegagalan pernapasan
·
Syok
·
Kematian
·
Fibrosis atau parut dari membran pleura
H.
PENATALAKSANAAN
Berdasarkan
tingkat keparahannya dibagi menjadi :
·
Hemothorak
kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan
tindakan khusus.
·
Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita
diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika
ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.
·
Hemothorak
besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.
Kematian penderita
Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan terjadinya
kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya
sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta
berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka, pengobatan
hemothorax sebagai berikut:
·
Pengosongan rongga pleura dari darah
·
Menghentikan pendarahan
·
Memperbaiki keadaan umum.
Adapun tindakan yang
dapat dilakukan adalah:
·
Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian
volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura
dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi bersamaan
dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
·
Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar
darah pada toraks tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam
pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks
sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan
mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan
darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan
darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya
penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah
suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk
mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.
·
Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak berhenti, maka
dipertimbangkan untuk Thorakotomi.
·
Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya disesuaikan dengan
perubahan klinis. Lebih baik lagi jika dimonitor dengan analisa BGA. Usahakan
sampai gas darah penderita kembali normal.
·
Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb. Sebagai patokan, dapat
dipakat perhitungan sebagai berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita dengan
Hb 15 gr %)dapat menaikan ¾ g % Hb.
·
Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
·
Apabila terjadi penebalan pleura, pertimbangkan pemberian dekortikasi.
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya:
·
Chest-Ray:
àadanya gambaran hipodense
pada rongga pleura disisi yang terkena dan adanya mediastinum shift. Chest-Ray
digunakan sebagai penegak diagnostik yang paling utama dan lebih sensitif dibandingkan
dengan pemeriksaan lainnya.
·
CT Scan :
àdiindikasikan
untuk pasien dengan hemothoraks yang untuk evaluasi lokasi clotting (bekuan
darah) dan untuk menentukan kuantitas atau jumlah bekuan darah di rongga pleura.
·
USG :
àUSG
yang digunakan adalah jenis FAST dan diindikasikan untuk pasien yang tidak stabil dengan hemothoraks
minimal.
·
Nilai BGA :
àHipoksemia
mungkin disertai hiperkarbia yang menyebabkanasidosis respiratori. Saturasi O2
arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi
biasanya kembali ke normal dalam waktu
24 jam.
·
Cek darah lengkap:
àdilakukan berdasarkan
nilai kadar Hb yang menunjukkan jumlah darah yang hilang pada hemothorax.
BAB III.
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh kasus:
Tn E. mengeluh nyeri dada sebelah kanan disertai dengan
sesak, setelah terjatuh dari pohon cengkeh dengan ketinggian lebih dari 5
meter. Nyeri dada dirasakan terutama pada saat bernapas. Pasien mengaku
terjatuh dengan posisi dada terlebih dahulu. Riwayat pingsan (-), pusing (-),
muntah (-). Pasien sempat dirawat sebelumnya di RS Soedomo Trenggalek dan
kemudian dirujuk di RSUD dr. Ishak Tulungagung.
A.
ANALISA DATA
ANALISA DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
DS:
1.Pasien mengeluh nyeri dada pada saat bernapas
DO:
1.pasien nampak meringis kesakitan sambil memegang dada
yang sakit.
2.skala nyeri : 8
|
Trauma à sayatan/cedera pada jaringan paru
|
Nyeri dada
|
DS:
Pasien mengeluh sesak napas
DO:
1.TTV: TD: 100/90, HR: 112x/mnit, RR: 32X/menit, S:
37,5.
2. pasien tampak napas cepat dan dalam
3.pasien tampak pucat
4.pasien tampak menggunakan otot aksesoris
|
Penurunan Ekspansi Paru
(adanya darah dalam rongga pleura)
|
Ketidakefetifan Pola pernapasan
|
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
(adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
2.
Gangguan rasa nyaman, nyeri dada berhubungan dengan cedera pada jaringan
paru.
3.
(Resiko
tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses cedera, system
drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
4.
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan
batuk efektif.
5.
Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan
pengobatan)
berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.
C.
INTERVENSI
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru (adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif,
Dengan criteria hasil:
-Usaha
nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
-TTV:normal
-pasien tidak menggunakan otot aksesoris dalam bernapas.
|
1. Identifikasi etiologi
/factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, infeksi, komplikasi
ventilasi mekanik.
2. Evaluasi fungsi pernapasan,
catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea, terjadinya sianosis, perubahan
tanda vital.
3. Awasi kesesuaian pola
pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik dan catat perubahan tekanan
udara.
4. Auskultasi bunyi napas.
5. Kaji adanya area nyeri tekan
bila batuk, napas dalam
6.kaji fremitus
7. Kaji
adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.
8.Pertahankan posisi nyaman (peninggian kepala tempat tidur).
7. Pertahankan perilaku tenang,
Bantu klien untuk kontrol diri dengan gunakan pernapasan lambat/dalam.
8. Bila selang dada dipasang :
- Periksa pengontrol pengisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas
air, pengatur dinding/meja disusun tepat).
- Periksa batas cairan pada botol pengisap pertahankan
pada batas yang ditentukan.
-
observasi gelembung udara botol penampung.
-Evaluasi ketidak
normalan/kontuinitas gelembung botol penampung.
Klem
selang pada bagian bawa unit drainase bila kebocoran udara berlanjut.
9.kolaborasi:
dalam pemberian terapi oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai
indikasi.
10.kolaborasi:
kaji seri foto thorax
|
Pemahaman penyebab
kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih
tindakan terapiutik yang tepat.
Distres pernapasan dan
perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan
nyeri menunjukan terjadinya syok b/d hipoksia/perdarahan.
Kesulitan bernapas
dengan ventilator atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya
kondisi/terjadi komplikasi (ruptur spontan dari bleb, terjadi pneumotorak).
Bunyi napas dapat
menurun atau tidak ada pada lobus, segmen paru/seluruh area paru
(unilateral). Area Atelektasis
tidak ada bunyi napas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya.
Sokongan terhadap dada
dan otot abdominal buat batuk lebih efektif/mengurangi trauma.
Suara
dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan /
konsolidasi.
Sokongan
terhadap dada dan otot abdominal buat batuk lebih efektif/mengurangi trauma.
Meningkatkan inspirasi
maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
Membantu pasien alami
efek fisiologis hipoksia yang dapat dimanifestaikan sebagai ansietas/takut
Mempertahankan tekanan
negatif intra pleural sesuai yang diberikan, meningkatkan ekspansi paru
optimum atau drainase cairan.
Air
botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
masuk ke area
pleural.
Gelembung
udara selama ekspirasi menunjukan lubang angin dari pneumothorak (kerja yang
diharapkan).
Bekerjanya
pengisapan, menunjukan kebocoran udara menetap mungkin berasal dari
pneumotoraks besar pada sisi pemasangan selang dada (berpusat pada
pasien), unit drainase dada berpusat pada system
Mengisolasi
lokasi kebocoran udara pusat system
Alat
dalam menurunkan kerja napas, meningkatkan penghilangan distress respirasi
dan sianosis b/d hipoksemia.
Mengawasi kemajuan perbaikan hemothorax
dan ekspansi paru.
|
|
|
|
Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman, nyeri dada berhubungan dengan cedera pada
jaringan paru.
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan:
-rasa nyeri di dada berkurang
-pasien tampak tidak meringis lagi.
-pasien menunjukkan bahwa skala nyeri berkurang.
|
1. Berikan kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu
tidur, belakangnya dipasang bantal kecil .
2.selidiki perubahan karakteristik nyeri
3. Jelaskan dan bantu klien
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive.
4. Ajarkan Relaksasi :
Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapatmenurunkan
intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
5. Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut.
6. Tingkatkan pengetahuan tentang
: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
7. Kolaborasi dengan dokter,
pemberian analgetik.
8. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit
setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap
1 – 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 – 2 hari
|
Istirahat akan
merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
Mengetahui tingkat rasa nyeri pasien
Pendekatan dengan
menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
Akan melancarkan
peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi,sehingga
akan mengurangi nyerinya.
Mengalihkan perhatian
nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
Pengetahuan yang akan
dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantumengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
Analgetik memblok
lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
Pengkajian yang optimal
akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegahkemungkinan
komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
|
Diagnosa
3: (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d
penyakit saat ini/proses cedera, system drainase dada, kurang pendidikan
keamanan/pencegahan.
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat:
-
mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi.
-
dapat memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
|
1.Kaji dengan pasien tujuan / fungsi
drainase dada.
2.Pasangkan
kateter torak kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum
memindahkan/mengubah posisi pasien:
-Amankan
sisi sambungan selang.
-Beri
bantalan pada sisi dengan kasa/plester.
3.
Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien.
4.
Berikan alat transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan
diagnostic.
5.
Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit.
6.Anjurkan
pasien untuk menghindari berbaring/menarik selang.
7.
Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat.Contoh
perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba, nyeri dada segera lepaskan
alat.
8.
Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak terlepas/tercabut.
|
Informasi
tentang bagaimana system bekerja berikan keyakinan dan menurunkan kecemasan
pasien.
Mencegah
terlepasnya kateter dada atau selang terlipat, menurunkan
nyeri/ketidaknyamanan b/d penarikan/penggerakan selang.
Mencegah
terlepasnya selang.
Melindungi
kulit dari iritasi / tekanan.
Mempertahankan
posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh/unit pecah.
Meningkatkan
kontuinitas evakuasi optimal cairan / udara selama pemindahan.
Memberikan
pengenalan dini dan mengobati adanya erosi /infeksi kulit.
Menurunkan
resiko obstruksi drainase/terlepasnya selang.
Intervensi
tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.
Hemothorax dapat
berulang/memburuk karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan memerlukan
intervensi darurat.
|
Diagnosa
4: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan batuk efektif.
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa ada kelainan
bunyi pernapasan, dengan kriteria
hasil:
-
Tidak ada stridor,
-
frekuensi napas normal
|
1. observasi bunyi napas
2. Evaluasi gerakan dada
3. Catat bila ada sesak mendadak,
bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya sekret pada selang.
4. Hisap lendir, batasi
penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap yang tepat, isikan
cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100 % bila ada.
5. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
6.kolaborasi
dalam pemberian bronkodilator
|
Obstruksi disebabkan adanya akumulasi sekret pada jalan
napas.
gerakan dada simetris
dengan bunyi nafas menunjukkan letak selang tepat. Obstruksi jalan nafas
bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan whezing.
Pasien dengan intubasi
biasanya mengalami reflek batuk tidak efektif.
penghisapan tidak harus
ruitn, dan lamanya harus dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia.
Diamter kateter < diameter endotrakel.
Untuk meningkatkan
ventilasi pada semua segmen paru dan untuk drainage sekret.
untuk meningkatkan
ventilasi dan mengencerkan sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.
|
Diagnosa 5: Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar
(tentang kondisi dan aturan pengobatan) berhubungan dengan
kurang terpajan dengan informasi.
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pengetahuan pasien maupun keluarga
meningkat tentang proses penyakit,
Dengan
KH:
-Pasien maupun keluarga mampu mengidentifikasi tanda
dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.
-
terlibat aktif dalam proses perawatan.
|
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
2.Jelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, dan komplikasi penyakit
Hemothorax dengan memberikan penkes.
3. Bantu keluarga klien untuk mengembangkan rencana
asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang
sesuai.
4. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga pasien untuk
bertanya tentang hal yang belum dimengertinya
5.identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi
jangka panjang.
6.kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi medik cepat, seperti nyeri dada, dyspnea.
7.kaji ulang praktik kesehatan yang baik,seperti
nutrisi,istirahat, dan latihan.
|
Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.
Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien maupun keluarga.
Melibatkan
keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan pemahaman keluarga
Menghindari
melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan belum dimengerti oleh pasien maupun keluarga.
Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan
dapat meningkatkan insiden kambuh.
Berulangnya hemothorax memerlukan intervensi medik
untuk mencegah/nerunkan potensial komplikasi.
Mempertahankan
kesehatan umum, meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.
|
BAB IV.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hemothorax
adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding
dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah
trauma dada aklibat trauma tumpul maupun trauma benda
tajam.
Kematian penderita
Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan terjadinya
kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya
sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta
berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
B.
SARAN
Adapun Hemothorax adalah
salah satu penyakit yang dapat mengancam nyawa penderitanya, maka kami
menyarankan untuk melakukan penanganan sesegera mungkin.
dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari penyebab dari penyakit Hemothorax.
dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari penyebab dari penyakit Hemothorax.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Depkes. RI. (1989). Perawatan
Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar