Rabu, 16 April 2014

Asuhan Keperawatan pasien dg Hemothorax


                                                          

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
                Paru-paru adalah organ yang terletak di bawah tulang rusuk di dalam dada yang terdiri dari banyak kantung kecil berisi udara yang disebut alveoli. Fungsi utama dari paru-paru adalah membawa oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida keluar dari darah. Pertukaran oksigen dan karbon ini terjadi dalam alveoli. Tulang Rusuk membantu melindungi paru-paru ketika paru mengembang dan mengempis saat bernapas.
                Luka orthopedic merupakan hal yang sering terjadi, terutama pada kecelakaan lalu lintas ataupun kecelakaan kerja. Secara umum, luka dapat dibagi menjadi 2, yaitu: luka yang disebabkan karena trauma tumpul dan luka yang disebabkan oleh trauma tembus.Trauma thoraks mencakup 10% kasus trauma dan dapat berhubungan dengan luka pada organ-organ yang lain. Angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%, sedangkan kematian akibat trauma toraks merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat kasus trauma.
            Hemotorax adalah perdarahan ke dalam rongga dada antara paru dan dinding dada internal (rongga pleura). Hemotorax dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemotoraks juga mungkin berhubungan dengan paru-paru kolaps (pneumotoraks). Pada pasien hemotorax, dapat terjadi penurunan kesadaran yang disebabkan oleh terganggunya fungsi pernapasan dan selanjutnya juga dapat disebabkan karena disfungsi cardiak.
                Hemothorax adalah masalah yang relatif umum , paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . Hemothorax tidak  berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab . Identifikasi dan pengobatan traumatik hemothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hemothorax tidak berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika perawatan terjadi .
                Hemothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk mendefinisikan hemothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hemothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secaraspontan .Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama ,menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan bahwa dengan adanya tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan.  Jika efek yang diinginkan tercapai ,menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa .Mengukur frekuansi hemothorax dalam populasi umum sulit . Hemothorax yang sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau tidak memerlukan pengobatan . Karena sebagian besar terkait dengan hematothorax trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik .

B.      Rumusan masalah
1.       Apa yang dimaksud dengan Hemothorax?
2.       Apa saja penyebab Hemothorax?
3.       Apa tanda dan gejala dari penyakit Hemothorax?
4.       Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Hemothorax?

C.      Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1.       Agar mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Hemothorax.
2.       Agar mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui dan menghindari penyebab munculnya penyakit Hemothorax.
3.       Agar mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Hemothorax.
4.       Mahasiswa dan Masyarakat dapat mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Hemothorax.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma misalnya :
·         Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
·         Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh pembuluh internal.
·         Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.

B.      PEMBAGIAN HEMOTHORAK 
·         Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada fotorontgen, perkusi pekak sampai iga IX.2.
·         Hemothorak Sedang : 15-35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI.
·         Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampaicranial, iga IV.

C.      ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit Hemothorax, adalah sebagai berikut:
1.       Traumatik
àBiasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.

2.       Non Traumatik
àterdiri dari:
·         Neoplasma
·         Gangguan pembekuan darah
·         Kematian jaringan paru-paru  (paru-paru infark )
·         Kanker paru-paru atau pleura
·         Penempatan dari kateter vena sentral
·         Operasi jantung
·         Infeksi: Tuberkulosis
·         Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.

D.      MANIFESTASI KLINIK
Beberapa tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan gangguan Hemathorax, yaitu:
·         Tachypne
·         Dyspnea
·         Cyanosis
·         Tachycardia
·         Hipotensi
·         Anemia
·         Nyeri di dada
·         Kelelahan
·         Gelisah dan cemas
·         Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
·         Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
·         Dullness pada perkusi
·         Adanya krepitasi saat palpasi
·         Berkeringat

E.       PATOFISIOLOGI
                Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru.  Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan perifer pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar Hb dalam darah  menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis, tachikardia.









 
F.       DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX
a.       Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
·         Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
·         Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan.
·         Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%
b.      Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
Gejala klinisnya:
·         takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
·         takipnea,
·         penurunan tekanan nadi,
·         kulit teraba dingin,
·         perlambatan pengisian kapiler, dan
·         anxietas ringan
c.       Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Gejalanya:
·         Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.
·         Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
·         Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
d.      Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa:
·         takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
·         tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
·          berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar,
·         penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan
·         kulit dingin dan pucat.

G.     KOMPLIKASI HEMOTHORAX
·         Kehilangan darah
·         Kegagalan pernapasan
·         Syok
·         Kematian
·         Fibrosis atau parut dari membran pleura

H.     PENATALAKSANAAN
Berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi :
·         Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan  tidak memerlukan tindakan khusus.
·          Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.
·         Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi. 
Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka, pengobatan hemothorax sebagai berikut:
·         Pengosongan rongga pleura dari darah
·         Menghentikan pendarahan
·         Memperbaiki keadaan umum.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah:
·         Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ). 
·         Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura.
·         Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak berhenti, maka dipertimbangkan untuk Thorakotomi.
·         Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis. Lebih baik lagi jika dimonitor dengan analisa BGA. Usahakan sampai gas darah penderita kembali normal.
·         Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb. Sebagai patokan, dapat dipakat perhitungan sebagai berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15 gr %)dapat menaikan ¾ g % Hb.
·         Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
·         Apabila terjadi penebalan pleura, pertimbangkan pemberian dekortikasi.

I.        PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk diagnostik, diantaranya:
·         Chest-Ray:
àadanya gambaran hipodense pada rongga pleura disisi yang terkena dan adanya mediastinum shift. Chest-Ray digunakan sebagai penegak diagnostik yang paling utama dan lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya.
·         CT Scan :
àdiindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks yang untuk evaluasi lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan kuantitas atau  jumlah bekuan darah di rongga pleura.
·         USG :
àUSG yang digunakan adalah jenis FAST dan diindikasikan untuk pasien yang tidak stabil dengan hemothoraks minimal.
·         Nilai BGA :
àHipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang menyebabkanasidosis respiratori. Saturasi O2 arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi  biasanya kembali ke normal dalam waktu 24 jam.
·         Cek darah lengkap:
àdilakukan berdasarkan nilai kadar Hb yang menunjukkan jumlah darah yang hilang pada hemothorax.

 

BAB III.
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh kasus:
Tn E. mengeluh nyeri dada sebelah kanan disertai dengan sesak, setelah terjatuh dari pohon cengkeh dengan ketinggian lebih dari 5 meter. Nyeri dada dirasakan terutama pada saat bernapas. Pasien mengaku terjatuh dengan posisi dada terlebih dahulu. Riwayat pingsan (-), pusing (-), muntah (-). Pasien sempat dirawat sebelumnya di RS Soedomo Trenggalek dan kemudian dirujuk di RSUD dr. Ishak Tulungagung.
A.      ANALISA DATA
ANALISA DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
DS:
1.Pasien mengeluh nyeri dada pada saat bernapas
DO:
1.pasien nampak meringis kesakitan sambil memegang dada yang sakit.
2.skala nyeri : 8
Trauma à sayatan/cedera  pada jaringan paru
Nyeri dada
DS:
Pasien mengeluh sesak napas
DO:
1.TTV: TD: 100/90, HR: 112x/mnit, RR: 32X/menit, S: 37,5.
2. pasien tampak napas cepat dan dalam
3.pasien tampak pucat
4.pasien tampak menggunakan otot aksesoris

Penurunan Ekspansi Paru
(adanya darah dalam rongga pleura)
Ketidakefetifan Pola pernapasan

B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
2.       Gangguan rasa nyaman, nyeri dada berhubungan dengan cedera pada jaringan paru.
3.       (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
4.       Ketidakefektifan  bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan batuk efektif.
5.       Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan pengobatan)         berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.

C.      INTERVENSI
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif,
Dengan criteria hasil:
-Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
-TTV:normal
-pasien tidak menggunakan otot aksesoris dalam bernapas.


1. Identifikasi etiologi /factor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.


2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea, terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.


3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik dan catat perubahan tekanan udara.




4. Auskultasi bunyi napas.







5. Kaji adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam



6.kaji fremitus




7. Kaji adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.



8.Pertahankan posisi nyaman (peninggian kepala tempat tidur).

7. Pertahankan perilaku tenang, Bantu klien untuk kontrol diri dengan gunakan pernapasan lambat/dalam.

8. Bila selang dada dipasang :
- Periksa pengontrol pengisap untuk jumlah hisapan yang benar (batas air, pengatur dinding/meja disusun tepat).

- Periksa batas cairan pada botol pengisap pertahankan pada batas yang ditentukan.

- observasi gelembung udara botol penampung.



-Evaluasi ketidak normalan/kontuinitas gelembung botol penampung.





Klem selang pada bagian bawa unit drainase bila kebocoran udara berlanjut.

9.kolaborasi: dalam pemberian terapi oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.

10.kolaborasi: kaji seri foto thorax
Pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terapiutik yang tepat.

Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri menunjukan terjadinya syok b/d hipoksia/perdarahan.

Kesulitan bernapas dengan ventilator atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi/terjadi komplikasi (ruptur spontan dari bleb, terjadi pneumotorak).

Bunyi napas dapat menurun atau tidak ada pada lobus, segmen paru/seluruh area paru (unilateral).  Area Atelektasis tidak ada bunyi napas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya.

Sokongan terhadap dada dan otot abdominal buat batuk lebih efektif/mengurangi trauma.

Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan / konsolidasi.

Sokongan terhadap dada dan otot abdominal buat batuk lebih efektif/mengurangi trauma.

Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

Membantu pasien alami efek fisiologis hipoksia yang dapat dimanifestaikan sebagai ansietas/takut


Mempertahankan tekanan negatif intra pleural sesuai yang diberikan, meningkatkan ekspansi paru optimum atau drainase cairan.
Air botol penampung bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukan lubang angin dari pneumothorak (kerja yang diharapkan).
Bekerjanya pengisapan, menunjukan kebocoran udara menetap mungkin berasal dari pneumotoraks besar  pada sisi pemasangan selang dada (berpusat pada pasien), unit drainase dada berpusat pada system
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
Alat dalam menurunkan kerja napas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis b/d hipoksemia.
Mengawasi kemajuan perbaikan hemothorax  dan ekspansi paru.




Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman, nyeri dada berhubungan dengan cedera pada jaringan paru.
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
-rasa nyeri di dada berkurang
-pasien tampak tidak meringis lagi.
-pasien menunjukkan bahwa skala nyeri berkurang.

1. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil .

2.selidiki perubahan karakteristik nyeri 
3. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive.


4. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapatmenurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.

5. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.


6. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.




7. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.


8. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 – 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 – 2 hari
Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.




Mengetahui tingkat rasa nyeri pasien
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi,sehingga akan mengurangi nyerinya.


Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantumengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegahkemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.


Diagnosa 3: (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat:
- mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi.
- dapat memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik.
1.Kaji dengan pasien tujuan / fungsi drainase dada.



2.Pasangkan kateter torak kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan/mengubah posisi pasien:

-Amankan sisi sambungan selang.
-Beri bantalan pada sisi dengan kasa/plester.

3. Amankan unit drainase pada tempat tidur pasien.


4. Berikan alat transportasi aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostic.
5. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit.

6.Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/menarik selang.
7. Identifikasi perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat.Contoh perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba, nyeri dada segera lepaskan alat.

8. Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak terlepas/tercabut.
Informasi tentang bagaimana system bekerja berikan keyakinan dan menurunkan kecemasan pasien.

Mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat, menurunkan nyeri/ketidaknyamanan b/d penarikan/penggerakan selang.
Mencegah terlepasnya selang.
Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.

Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh/unit pecah.
Meningkatkan kontuinitas evakuasi optimal cairan / udara selama pemindahan.

Memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi /infeksi kulit.

Menurunkan resiko obstruksi drainase/terlepasnya selang.

Intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi serius.





Hemothorax dapat berulang/memburuk karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan memerlukan intervensi darurat.

Diagnosa 4: Ketidakefektifan  bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat ketidakmampuan batuk efektif.
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa ada kelainan bunyi pernapasan, dengan kriteria hasil:
-          Tidak ada stridor,
-          frekuensi napas normal

1. observasi bunyi napas


2. Evaluasi gerakan dada






3. Catat bila ada sesak mendadak, bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya sekret pada selang.
4. Hisap lendir, batasi penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap yang tepat, isikan cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100 % bila ada.
5. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi

6.kolaborasi dalam pemberian bronkodilator
Obstruksi disebabkan adanya akumulasi sekret pada jalan napas.
gerakan dada simetris dengan bunyi nafas menunjukkan letak selang tepat. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan whezing.
Pasien dengan intubasi biasanya mengalami reflek batuk tidak efektif.

penghisapan tidak harus ruitn, dan lamanya harus dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia. Diamter kateter < diameter endotrakel.

Untuk meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan untuk drainage sekret.
untuk meningkatkan ventilasi dan mengencerkan sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.

Diagnosa  5: Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar (tentang kondisi dan aturan pengobatan)                              berhubungan dengan kurang terpajan dengan informasi.
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pengetahuan pasien maupun keluarga meningkat tentang proses penyakit,
Dengan KH:
-Pasien maupun keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik.
 - terlibat aktif dalam proses perawatan.

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.

2.Jelaskan pada pasien dan keluarga pasien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, dan komplikasi penyakit Hemothorax dengan memberikan penkes. 

3. Bantu keluarga klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai.

4. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga pasien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya

5.identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang.

6.kaji ulang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat, seperti nyeri dada, dyspnea.

7.kaji ulang praktik kesehatan yang baik,seperti nutrisi,istirahat, dan latihan.
Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan.

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien maupun keluarga.




Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan pemahaman keluarga


Menghindari melewatkan hal yang tidak  dijelaskan dan belum dimengerti oleh pasien maupun keluarga.

Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
Berulangnya hemothorax memerlukan intervensi medik untuk mencegah/nerunkan potensial komplikasi.

Mempertahankan kesehatan umum, meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.






BAB IV.
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada aklibat trauma tumpul maupun trauma benda tajam.
Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi. 

B.      SARAN
Adapun Hemothorax adalah salah satu penyakit yang dapat mengancam nyawa penderitanya, maka kami menyarankan untuk melakukan penanganan sesegera mungkin.
dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari penyebab dari penyakit Hemothorax.













DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.
Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar